Jumat, 27 Februari 2015

ISBD Sebagai Alternatif Pemecahan Masalah Sosial dan Budaya



ISBD SEBAGAI ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH SOSIAL DAN BUDAYA
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD) oleh Drs. Ana Maulana, M.Pd





Disusun oleh
:  Ari Sulastri
Jurusan
:  Bahasa Inggris
Kelas
:  2C
Nim
:  13222001








SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
( STKIP ) GARUT

 
KATAPENGANTAR

Segala puji bagi Alloh SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini dengan segala kemudahan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Revolusioner alam habibana wanabiyana Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, umatnya yang mudah-mudahan kita termasuk di dalamnya. Adapun judul makalah yang penulis bahas adalah ISBD sebagai Alternatif Pemecahan Masalah Sosial dan Budaya. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD) oleh Drs. Ana Maulana, M.Pd.
Oleh sebab itu sudah sepantasnya penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada dosen mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD) yang telah membimbing penulis. Orang tua yang tak henti memotivasi penulis dengan doa-doanya. Rekan-rekan seperjuangan yang telah memberi semangat kapada penulis sehingga makalah ini dapat selesai pada waktunya, dan pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, penulis ucapkan terimakasih.
Tak ada gading yang tak retak, itulah pribahasa yang tepat untuk menggambarkan makalah ini. Penulis sadari masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu, tegur sapa, kritik serta saran dari semua pihak sangat penulis harapkan guna perbaikan di masa yang akan datang. Harapannya, agar makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis umumnya bagi semua pembaca.
.



Garut, 27 Februari 2015




           Penulis



DAFTAR ISI

Halaman Judul 
Kata Pengantar ……………………………………………………………………………   i
Daftar Isi …………………………………………………………………………………   ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………...  1
A.    Latar Belakang Masalah ………………………………………………………...   1
B.     Rumusan Masalah………………………………………………………………... 1
C.     Tujuan ……………………………………………………………………………. 1

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………………  2
A.    Definisi Masalah Sosial Budaya ………………………………………........................  2
B.     Masalah sosial dan budaya ……....................................................................................2
C.     ISBD sebagai alternatif pemecahan masalah sosial budaya   ………………………   .... 3

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………  4
A.  Kesimpulan ……………………………………………………………………....  4  
B.  Saran …………………………………………………………………………......  4

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………..  4





BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Sebelum kita membahas peranan ISBD sebagai salah satu alternatif dalam pemecahan masalah sosial dan budaya, perlu kita pahami terlebih dahulu apa itu ISBD. Ilmu sosial budaya dasar (ISBD) adalah suatu rangkaian pengetahuan mengenai aspek – aspek yang paling mendasar dan menonjol yang ada di dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki budaya dan permasalahan – permasalahan yang bersifat ada .
Aspek lain dari pengantar ilmu sosial budaya dasar merupakan pengenalan teori – teori ilmu sosial dan kebudayaan sehngga diekspektasikan seseorang dapat memiliki wawasan keilmuan yang bersifat multidisipliner yang bersangkutan dengan keagamaan, kesetaraan , dan manusia di dalam kehidupan bersosialisasi.

B. Rumusan Masalah
1. Definisi Masalah Sosial Budaya?
2. Apa contoh dari masalah sosial dan budaya?
3. Bagaimana pendekatan ISBD sebagai alternatif pemecahan masalah sosial budaya?

C. Tujuan
Tujuan pembelajaran agar mahasiswa mampu memahami konsep-konsep dasar di dalam ISBD sebagai alternatif pemecahan masalah sosial budaya serta pemahaman konsep tersebut dijadikan dasar pengetahuan dalam mempertimbangkan dan menyikapi berbagai problematika sosial dan budaya yang berkembang dalam masyarakat.






BAB II
PEMBAHASAN

A.  Definisi Masalah Sosial Budaya
Kita sering mendengar kalimat masalah sosial, tapi apa sebenarnya yang dimaksud dengan masalah sosial dan budaya? Masalah sosial dan budaya adalah terganggunya atau terhambatnya nilai kemanusiaan atau aktivitas manusia dalam mengelola alam, baik itu material ataupun non-material. Masalah-masalah sosial dan budaya selalu ada kaitannya yang dekat dengan nilai nilai moral dan pranata sosial, nilai kehidupan serta selalu ada kaitannya dengan hubungan-hubungan manusia  dan konteks normatif dimana hubungan manusia itu terwujud dan perlu dicari jalan pemecahannya.
Masalah masalah sosial dan budaya yang dihadapi oleh setiap masyarakat tidaklah sama antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya. Perbedaan-perbedaan itu disebabkan oleh perbedaan tingkat perkembangan kebudayaan dan masyarakatnya, serta keadaan lingkungan alamnya dimana masyarakat itu hidup. Disiplin – disiplin ilmu pengetahuan yang tergolong ke dalam ilmu sosial telah mempelajari hakikat masyarakat dengan perspektif yang berbeda – beda, terhadap keanekaragaman dalam melihat dan mempelajarinya. Masalah – masalah sosial merupakan hambatan dalam usaha untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Pemecahannya menggunakan cara yang diketahuinya dan yang berlaku, tetapi aplikasinya menghadapi kenyataan, hal yang biasanya berlaku telah berubah, atau terhambat pelaksanaanya. Masalah – masalah tersebut dapat terwujud sebagai masalah sosial, masalah moral, masalah politik, masalah ekonomi, masalah agama, atau masalah – masalah lainnya.
B. Masalah Sosial Budaya
            Masalah sosial dan budaya erat kaitannya dengan perkembangan teknologi. Salah satu contoh masalah sosial dan budaya yang terjadi di Indonesia adalah adanya hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan yang belum menikah (hubungan seks di luar nikah) seperti pelacuran. Kenapa masalah ini termasuk masalah sosial budaya? Karena dilihat dari segi social, hal ini sudah termasuk kedalam penyimpangan sosial karena bertentangan dengan norma yang berlaku dan dianggap sebagai pengganggu kesejahteraan hidup mereka dan masyarakat lain. Menurut gillin, penyimpangan sosial didefinisikan sebagai pelaku yang menyimpang dari norma, nilai sosial keluarga dan masyarakat. Sedangkan dilihat dari segi budaya, hal inipun sudah menjadi masalah budaya. Bagaimana tidak, budaya di Indonesia mengajarkan kepada tiap laki-laki dan perempuan untuk “menjaga” dirinya sampai menikah. Ditambah lagi, ada dasar agama yang melarang antara laki-laki dan perempuan untuk berhubungan seks diluar nikah. Contoh lainnya yaitu masalah seorang pedagang kaki lima. Menurut defenisi umum pedagang kaki lima bukan masalah sosial karena merupakan upaya mencari nafkah untuk kelangsungan hidupnya, dan pelayanan bagi warga masyarakat pada taraf ekonomi tertentu sebaliknya para ahli perencanaan kota masyarakat pedagang kaki lima sebagai sumber kekacauan lalu lintas dan peluang kejahatan

C. Pendekatan ISBD Sebagai Alternatif Pemecahan Masalah Sosial Budaya
            Masalah sosial dan budaya tersebut dianggap sebagai masalah yang mengganggu dan menghambat kesejahteraan hidup mereka dan masyarakat. Sehingga merangsang masyarakat untuk mengidentifikasi, menganalisa, memahami dan memikirkan cara-cara mengatasinya. Dimasa lampau, pada waktu belum ada para ahli ilmu social yang biasanya peka terhadap masalah social dan budaya adalah para ahli filsafat, pemuka agama,ahli politik dan kenegaraan.
            Sejumlah ahli ilmu sosial seperti Merton dan Nisbet (1961), Denzin (1973), Gerson (1969) dan Brodley (1976), merasakan bahwa dengan dengan menggunakan pendekatan masalah-masalah sosial sebagai kerangkanya maka hakikat masyarakat dan kebudayaan manusia akan mudah dipahami karena hakikat masalahnya kompleks sehingga memerlukan kajian dari berbagai disiplin ilmu. Dengan pemikiran yang secara masuk akal, dapat dipertanggungjawabkan yang berkenaan dengan usaha-usaha untuk memperbaiki masalah-masalah sosial dan budaya.[1][2]
            Ilmu sosial dan budaya dasar sebagai alternatif pemecahan masalah mempunyai dua pendekatan yang melihat sasaran studinya sebagai suatu masalah objektif dan subjektif. Dengan kacamata objektif/ struktural, berarti konsep-konsep dan teori-teori berkenaan dengan hakikat manusia dan masalah-masahnya yang telah dikembangkan dalam ilmu-ilmu sosial dan budaya yang digunakan. Contohnya, masalah ekonomi diselesaikan dengan teori ekonomi, masalah hukum diselesaikan dengan masalah hukum, dll. Itu artinya, contoh masalah seks bebas yang sebelumnya dibahas berkaitan dengan ilmu sosiologi. Dalam ilmu ini, masalah tersebut dapat dikendalikan dengan dua cara, yaitu preventif dan represif. Preventif artinya melakukan sesuatu hal sebelum masalah sosial dan budaya itu terjadi. Represif artinya usaha yang dilakukan sesudah penyimpangan itu terjadi. Sedangkan, dengan menggunakan kacamata subjektif / fungsional, maka masalah-masalah yang dibahas tersebut akan dikaji menurut perspektif [2][3] masyarakat yang bersangkutan, dan yang dibandingkan dengan kacamata pengkaji atau masing-masing mahasiswa yang mengikuti mata kuliah ilmu social dan budaya dasar dengan tidak berpaku kepada satu disiplin ilmu. Tentunya, kalau dilihat dari kacamata subjektif/ fungsional ini penyelesaiannya akan berbeda-beda. Tetapi dalam kasus diatas, penyelesaian yang umum dilakukan adalah pandangan bahwa tiap manusia harus mendasarkan kehidupan dan mendekatkan diri kepada Tuhan YME. Selain itu untuk kasus yang kedua yaitu pedagang kaki lima, sebaiknya dilakukan dengan tindakan preventif dengan larangan berjualan di daerah tertentu, lebih lanjutnya lagi dengan diberlakukannya sanksi terhadap pedagang yang melanggar aturan tersebut.






BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
            Setelah membahas mengenai Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar sebagi alternatif pemecahan masalah sosial dan budaya, mahasiswa dan yang lainnya dapat menyelesaikan masalah social budaya dengan basis pengetahuan, sehingga manusia tidak hanya bisa berteori, tetapi menjadikan teori itu sebagai dasar dalam menyelesaikan masalah sosial budaya. Mahasiswa juga diajarkan untuk tidak berfikir egois, karena ISBD mempunyai dua pendekatan, yaitu pendekatan dengan kacamata objektif/ struktural yang sesuai dengan teori masalah itu sendiri dan kacamata subjektif/ fungsional yang sesuai dengan pandangan masyarakat yang bersangkutan.
B.   Saran
Setelah mempelajari bahasan mengenai Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, diharapkan mahasiswa dapat menggabungkan pendekatan kacamata subjektif/ struktural dan kacamata objektif/ fungsional ini, agar menimbulkan adanya  kepekaan mengenai masalah sosial dan budaya dengan penuh rasa tanggung jawab, berbudaya, ilmiah, dalam kedudukan sebagai masyarakat Indonesia. Selain itu semoga kita bisa lebih bijak dalam menyikapi setiap masalah. Pendekatan  ISBD  juga    akan  memperluas  pandangan  bahwa  masalah social,kemanusian,dan  budaya  dapat  didekati  dari  berbagai  sudut  pandang.Dengan  wawasan sehingga  mampu  mengkaji  sebuah  masalah  kemasyarakat  yang  lebih  kompleks,demikian  pula dengan solusi pemecahannya.

DAFTAR PUSTAKA
Dr. Elly M.Setiadi, 2007, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta; Prenada Media Group
Drs. H. Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta; Rineka Cipta
Drs. Supartono, Ilmu Budaya Dasar, Jakarta; Ghalia Indonesia
Download : www.helmiprayogoblog.com /26 Februari 2015






[1][2] Drs. Wahyu, Wawasan Ilmu Sosial Dasar, Usana, Surabaya, 1986, hal 27
[2][3] KBBI: per·spek·tif /pérspéktif/ n 1 cara melukiskan suatu benda pd permukaan yg mendatar sebagaimana yg terlihat oleh mata dng tiga dimensi (panjang, lebar, dan tingginya); 2 sudut pandang; pandangan

Keragaman Sebagai Sumber Aset Budaya Bangsa dan Sumber Konflik




KERAGAMAN SEBAGAI SUMBER ASET BUDAYA BANGSA DAN SUMBER KONFLIK

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD) oleh Drs. Ana Maulana, M.Pd



dan Sumber




Disusun oleh
:  Ari Sulastri
Jurusan
:  Bahasa Inggris
Kelas
:  2C
Nim
:  13222001






SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
( STKIP ) GARUT




KATAPENGANTAR

Segala puji bagi Alloh SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini dengan segala kemudahan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Revolusioner alam habibana wanabiyana Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, umatnya yang mudah-mudahan kita termasuk di dalamnya. Adapun judul makalah yang penulis bahas adalah Keragaman sebagai Aset Budaya Bangsa dan Unsur Konflik. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD) oleh Drs. Ana Maulana, M.Pd.
Oleh sebab itu sudah sepantasnya penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada dosen mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD) yang telah membimbing penulis. Orang tua yang tak henti memotivasi penulis dengan doa-doanya. Rekan-rekan seperjuangan yang telah memberi semangat kapada penulis sehingga makalah ini dapat selesai pada waktunya, dan pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, penulis ucapkan terimakasih.
Tak ada gading yang tak retak, itulah pribahasa yang tepat untuk menggambarkan makalah ini. Penulis sadari masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu, tegur sapa, kritik serta saran dari semua pihak sangat penulis harapkan guna perbaikan di masa yang akan datang. Harapannya, agar makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis umumnya bagi semua pembaca.
.


 Garut, 27 Februari 2015


           Penulis







DAFTAR ISI

Halaman Judul 
Kata Pengantar …………………………………………………………………………… i
Daftar Isi ………………………………………………………………………………...   ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………  1
A.    Latar Belakang Masalah …………………………………………………….....    1
B.     Rumusan Masalah………………………………………………………………   1
C.     Tujuan …………………………………………………………………………   2

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………….  3
A.    Pengertian Keragaman………………………………………..................................   3
B.     Potensi Keragaman budaya……...............................................................................   3
C.     Keragaman Sebagai Sumber Konflik……………………………..……………......   4

BAB III PENUTUP ………………………………………………………………….....  6
A.  Kesimpulan ……………………………………………………………………...   6
B.  Saran …………………………………………………………………………….  6

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………….....   6




BAB I
PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang Masalah
Kemajemukan bangsa Indonesia yang meliputi bahasa, budaya,suku, agama dan ras, bisa menjadi daya integrasi maupun disintegrasi bangsa kita. Seperti yang kita ketahui, dengan bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia kita dapat berkomunikasi antar suku dan ras sehingga hubungan akan terjalin dengan baik dan dapat mempererat persaudaraan sebagai satu bangsa besar yaitu bangsa Indonesia. Selain itu, keragaman antar budaya termasuk bahasa akan saling melengkapi satu sama lainnya menjadi kebudayaan nasional yang akan menjadi kebanggaan semua suku dan ras yang ada di Indonesia.
Kemajemukan bangsa kita juga dapat menjadi daya disintegrasi bangsa karena dengan keragaman itu, rentan sekali terhadap konflik antar suku dan daerah, terutama masalah agama seperti yang terjadi akhir-akhir ini di kawasan timur Indonesia. Selain faktor kemajemukan budaya, penyebab disintegrasi bangsa Indonesia juga terpicu oleh sentralisasi pembangunan yang selama ini lebih terfokus di pulau Jawa, sehingga menyebabkan kesenjangan dan kecemburuan dari daerah lain, sehingga timbul keinginan untuk memisahkan diri dari NKRI.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan keragaman?
2.      Bagaimana keragaman menjadi potensi /sumber aset budaya bangsa?
3.      Faktor apakah yang menyebabkan keragaman menjadi unsur konflik?

C.    Tujuan
Tujuan pembelajaran agar mahasiswa mampu memahami apa yang dimaksud dengan keragaman. Serta mampu memberi bekal bagi mahasiswa dalam memahami serta menyikapi keragaman yang ada sebagai identitas bangsa dan memberi pemahaman agar keragaman yang ada tidak menjadi faktor disintegrasi bangsa. Selain itu mampu meningkatkan sikap toleransi mahasiswa terhadap keragaman yang ada di sekitarnya.



BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Keragaman
Keragaman berasal dari kata ragam. Dalam kamus besar bahasa indonesia ragam berarti:  1) Tingkah, laku, ulah, 2) Macam, jenis, 3) Lagu, musik langgam, 4) Warna, corak, ragi. Sedangkan keragaman sendiri berarti : 1) Perihal berjenis-jenis atau beragam-ragam, 2) Keadaan beragam-ragam.
Indonesia merupaksan salah satu negara di dunia yang paling majemuk komposisi jati diri budaya dan etniknya, dan kemajemukan itu menjadi salah satu sumber kebanggaan bangsa. Semboyan yang tercantum pada lambang negara Bhineka Tunggal Ika, merupakan refleksi kenyataan tersebut. Negara yang dihuni oleh ratusan kelompok etnik dan kaya akan bahasa serta kebudayaan daerah, secara historis dipersatukan oleh kesamaan nasib yang dijajah oleh pemerintah kolonial Belanda selama kurun waktu yang cukup panjang.

Keberagaman budaya itu merupakan tantangan sekaligus peluang bagi masyarakat Indonesia. Merupakan tantangan karena apabila tidak dikelola dan ditangani dengan baik maka keberagaman budaya akan dapat mendorong timbulnya persaingan dan pertentangan sosial. Sebagai peluang, keragaman budaya itu bila dibina dan diarahkan secara tepat, maka akan menjadi suatu kekuatan atau potensi dalam melaksanakan pembangunan bangsa dan Negara Indonesia. Untuk lebih jelasnya, berikut ini uraian keragaman sebagai potensi atau aset bangsa dan masalah-masalah yang muncul sebagai akibat dari keberagaman budaya.
B.  Potensi keberagaman budaya
Walaupun Indonesia menurut Van Volenholen terdiri dari 19 hukum adat, tetapi pada dasarnya Indonesia terdiri dari ratusan suku bangsa yang bermukim di wilayah yang tersebar dalam ratusan pulau yang ada di Inonesia. Tiap suku bangsa ini memiliki ciri fisik, bahasa, kesenian, adat istiadat yang berbeda. Dengan demikian dapat dikatakan bangsa Indonesia sebagai negara yang kaya akan budaya. Beberapa aspek keberagaman budaya Indonesia antara lain suku, bahasa, agama dan kepercayaan, serta kesenian. Kekayaan budaya ini merupakan daya tarik tersendiri dan potensi yang besar untuk pariwisata serta bahan kajian bagi banyak ilmuwan untuk memperluas pengetahuan dan wawasan. Hal yang utama dari kekayaan budaya yang kita miliki adalah adanya kesadaran akan adanya bangga akan kebudayaan yang kita miliki serta bagaimana dapat memperkuat budaya nasional sehingga “kesatuan kesadaran “ atau nation bahwa kebudayaan yang berkembang adalah budaya yang berkembang dalam sebuah NKRI sehingga memperkuat integrasi. Selain itu keuntungan dari keragaman budaya yang kita miliki dapat memberikan sumbangsih yang besar bagi pembangunan Indonesia, salah satunya dengan sumber devisa yang diperoleh Indonesia dari sektor pariwisata, contohnya Bali. Banyak wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia untuk menikmati keindahan alamnya serta melihat keunikan budaya yang terdapat di Bali, seperti tari Kecak.
C.  Keragaman Sebagai Sumber Konflik
Kita harus menyadari bahwa kehidupan masyarkat Indonesia sangat majemuk dalam suku bangsa dan budaya. Keberagaman suku bangsa dan budaya itu akan berdampak negatif, berupa timbulnya pertentangan antar  budaya, jika tidak benar-benar ditangani secara tepat. Kehidupan bangsa Indonesia yang beragam suku bangsa dan budaya, kadang-kadang diwarnai oleh konflik antar budaya. Peristiwa Aceh dan Papua (Irian Jaya) merupakan contoh konflik sosial yang disebabkan perbedaan kepentingan politik antara pemerintah Pusat dengan masyarakat daerah setempat. Selain itu, peristiwa Tasikmalaya merupakan contoh konflik yang disebabkan oleh kecemburuan, Poso merupakan contoh konflik yang disebabkan oleh perbedaan agama antar umat Islam dengan umat Kristen.
Disamping itu kesenjangan antara dua kelompok masyarakat dalam bidang ekonomi, kesempatan memperoleh pendidikan atau mata pencaharian yang mengakibatkan kecemburuan sosial, terlebih adanya perbedaan dalam mengakses fasilitas pemerintah juga berbeda (pelayanan kesehatan, pembuatan KTP, SIM atau sertifikat serta hukum). Semua perbedaan tersebut menimbulkan prasangka atau kontravensi hingga dapat berakhir dengan konflik.
Konflik sosial adalah salah satu bentuk interaksi sosial antara satu pihak dengan pihak lain didalam masyarakat yang ditandai dengan adanya sikap saling mengancam, menekan, hingga saling menghancurkan. Konflik sosial sesungguhnya merupakan suatu proses bertemunya dua pihak atau lebih yang mempunnyai kepentingan yang relative sama terhadap hal yang sifatnya terbatas. Dengan demikian, terjadilah persaingan hingga menimbulkan suatu benturan-benturan fisik baik dalam skala kecil maupun dalam skala besar.
Faktor-Faktor Penyebab Konflik Secara Umum :
  1. Perbedaan Individu
            Merupakan perbedaan yang menyangkut perasaan, pendirian, pendapat atau ide yang berkaitan dengan harga diri, kebanggaan dan identitas seseorang. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
2.      Perbedaan Latar Belakang Kebudayaan
Kepribadian seseorang dibentuk dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Tidak semua masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma-norma sosial yang sama. Apa yang dianggap baik oleh suatu masyarakat belum tentu sama dengan apa yang dianggap baik oleh masyarakat. Misalnya orang jawa dengan orang papua yang memiliki budaya berbeda, jelas akan membedakan pola pikir dan kepribadian yang berbeda pula. Jika hal ini tak ada suatu hal yang dapat mempersatukan, akan berakibat timbulnya konflik.
3.      Perbedaan Kepentingan
            Setiap individu atau keompok seringkali memiliki kepentingan yang berbeda dengan individu atau kelompok lainnya. semua itu bergantung dari kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Misalnya mengenai masalah pemanfaatan hutan. Para pecinta alam menganggap hutan sebagai bagian dari lingkungan hidup manusia dan habitat dari flora dan fauna. Sedangkan bagi para petani hutan dapat menghambat tumbuhnya  jumlah areal persawahan atau perkebunan. Bagi para pengusaha kayu tentu ini menjadi komoditas yang menguntungkan. Dari kasus ini ada pihak – pihak yang memiliki kepentingan yang saling bertentangan, sehingga dapat berakibat timbulnya konflik.
4.      Perubahan Sosial
            Perubahan sosial dalam sebuah masyarakat yang terjadi terlalu cepat dapat mengganggu keseimbangan sistem nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Konflik dapat terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara harapan individu atau masyarakat dengan kenyataan sosial yang timbul akibat perubahan itu. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memperkecil masalah yang diakibatkan oleh pengaruh negative dari keragaman, yaitu :
1)                  Semangat Religius
2)                  Semangat Nasionalisme
3)                  Semangat Fluralisme
4)                  Dialog antar umat beragama
5)                  Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun konfigurasi hubungan antar agama, media, masa, dan harmonisasiny


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Di era globalisasi yang penuh tantangan ini, ideologi yang harus dijadikan landasan kebijakan mestinya harus berbasis pada konsep Bhinneka Tunggal Ika. Artinya, sekali pun berada dalam satu kesatuan, tidak boleh dilupakan, bahwa sesungguhnya bangsa ini berbeda-beda dalam suatu kemajemukan.
Maka, dalam menyongsong persaingan dunia yang semakin pesat, hendaknya masyarakat majemuk menjadi masyarakat multikultural, dengan mengedepankan keBhinnekaan sebagai strategi integrasi nasional. Namun, jangan sampai kita salah langkah, yang bisa berakibat yang sebaliknya: sebuah konflik yang berkepanjangan. Harus disadari, bahwa merubah masyarakat majemuk ke multukultural itu merupakan perjuangan panjang yang berkelanjutan, yang hasil akhirnya diharapkan akan mendatangkan kehidupan yang lebih baik dalam segala sektor.

B. Saran
Untuk menjaga keharmonisan integrasi bangsa Indonesia,perlu lebih di tingkatkan toleransi antar masyarakat yang mempunyai tingkat keanekaragaman yang sangat tinggi. Selain itu perlu adanya kontrol nasional untuk menjaga keseimbangan nasional. Cintailah dan lestarikan keanekaragaman budaya yang kita miliki, karena semua itu merupakan identitas bangsa Indonesia dan sebagai aset terbesar yang kita miliki.

DAFTAR PUSTAKA