MANUSIA
SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU, SOSIAL, EKONOMI, HUKUM, POLITIK, BUDAYA, DAN
PSIKOLOGI
A.
Manusia
sebagai mahluk individu
Dalam bahasa latin
individu berasal dari kata individium yang berarti yang tak terbagi, merupakan
suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling
kecil dan tak terbatas. Manusia lahir sebagai mahluk individu yang bermakna
tidak terbagi atau tidak terpisahkan antara jiwa dan raga.
Dalam perkembangannya
manusia sebagai mahluk individu tidak hanya bermakna kesatuan jiwa dan raga,
tetapi akan menjadi pribadi yang khas dengan corak kepribadiannya termasuk
kemampuan kecakapannya. Setiap manusia memiliki perbedaan. Hal itu dikarenakan
manusia memiliki karakteristik sendiri. Ia memiliki sifat, watak, keinginan dan
cita-cita yang berbeda satu sama lainnya.
Unsur – unsur yang
membedakan individu yang satu dengan yang lainnya:
• Pengetahuan
Segala sesuatu yang
kita ketahui sebagai hasil penggunaan panca indera.
• Persepsi
Yakni seluruh proses
akal manusia yang sadar.
• Apresiasi
Yakni penggambaran oleh
manusia yang terfokus pada bagian-bagian khusus (mata, telinga) diolah oleh
akal fikir, digabung dengan penggambaran lama lalu diproyeksikan sebagai penggambaran
baru dengan pengertian baru.
• Pengamatan
Yakni suatu persepsi
saat diproyeksikan berfokus pada hal yang menarik (lebih terpusat/lebih
intensif) pada bagian bagian khusus tadi (pemusatan akal yang lebih intensif).
• Konsep
Yakni penggambaran abstrak.
• Fantasi
Dalam pengamatan ada
yang ditambah-tambahkan , dibesarkan, dikurangi, dikecilkan pada bagian bagian
tertentu, adapula digabungkan dengan penggambaran lain menjadi penggambaran
lain yang dalam kenyataannya tidak ada penggambaran yang realistis.
• Perasaan
Yakni suatu keadaan
dalam kesadaran manusia yang karena pengaruh pengetahuannya dinilainya sebagai
keadan positif dan negatif.
• Drive (dorongan)
Dorongan untuk
mempertahankan hidup.
B.
Manusia
sebagai makhluk sosial
Manusia sebagai
individu ternyata tidak mampu hidup sendiri, dalam kehidupannya akan senantiasa
bersama dan bergantung pada manusia lainnya. Manusia saling membutuhkan dan
harus bersosialisasi dengan mahluk lainnya. Menurut kodratnya manusia adalah
mahluk sosial atau mahluk bermasyarakat.
Manusia dikatakan
mahluk sosial karena beberapa alasan yaitu:
- Manusia
tunduk pada aturan, norma sosial.
- Perilaku
manusia yang mengharapkan suatu penilaian dari orang lain
- Manusia
memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
- Potensi
manusia akan berkembang bila ia hidup ditengah- tengah manusia.
C.
Manusia
sebagai mahluk ekonomi
Ekonomi merupakan salah
satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan
produksi, distribusi, pertukaran dan konsumsi barang dan jasa.
Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia melakukan berbagai kegiatan. Kegiatan manusia dalam memenuhi atau memuaskan kebutuhannya harus sesuai dengan kemampuannya. Kegiatan inilah yang menunjukan kedudukan manusia sebagai mahluk ekonomi (Homo Economicus).
Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia melakukan berbagai kegiatan. Kegiatan manusia dalam memenuhi atau memuaskan kebutuhannya harus sesuai dengan kemampuannya. Kegiatan inilah yang menunjukan kedudukan manusia sebagai mahluk ekonomi (Homo Economicus).
Sebagai mahluk sosial
dan mahluk ekonomi pada dasarnya selalu menghadapi masalah ekonomi. Inti dari
masalah ekonomi yang dihadapi manusia adalah kenyataan bahwa kebutuhan manusia
jumlahnya tidak terbatas sedangkan alat pemuas kebutuhan manusia jumlahnya
terbatas.
Sebagai mahluk ekonomi
yang bermoral, manusia berusaha memilih dan menggunakan sumber daya yang ada
untuk memenuhi kebutuhannya dengan memperhatikan nilai-nilai agama dan norma-norma
sosial, tidak merugikan orang lain, menggunakan sumber daya alam secara efektif
serta memperhatikan kelestarian lingkungan.
D.
Manusia
sebagai mahluk hukum
Manusia dan hukum adalah dua hal
yang tidak bisa di pisahkan, karena manusia hidup bermasyarakat dan dalam
setiap pembentukan masyarakat, akan selalu di butuhkan hukum sebagai segmen
perekat atas berbagai komponen pembentuk dari masyarakat.
Hukum berfungsi untuk menciptakan
keteraturan dengan mencegah atau mengatasi kekacauan. Hukum menciptakan norma
equality yaitu mengatasi kepentingan-kepentingan yang saling berhadapan agar
dapat bertemu secara seimbang dan agar proses tawar-menawar di antara
kepentingan-kepentingan yang saling berhadapan tersebut berjalan seimbang.
Penyeimbanggan kedudukan kepentingan
tersebut antara lain:
1. Bagi mereka yang di pihak lemah secara sumber daya kekuatan
sosial-ekonomisnya mendapat perlindungan atas hak-hak mereka.
2. Bagi mereka yang di pihak kuat dayanya di batasi kekuasaannya dengan
cara penciptaan norma-norma interatif yang bersifat implisit seperti pembebanan
kewajiban-kewajiban tertentu.
3. Diciptakan norma penyeimbang hak dan kewajiban di dalam masing-masing
kepentingan di namakan istilah keadilan.
E.
Manusia
sebagai mahluk politik
Sebagai mahluk politik
manusia selalu membutuhkan orang lain dan memiliki strategi dalam mempertahankan
kehidupannya, sehingga kehidupannya dengan masyarakat dan organisasi sosial
merupakan keharusan. Manusia diberikan kemampuan berpikir. Dengan akalnya
manusia bisa mempertahankan hidupnya . Maka dari itu, timbullah suatu cara agar
manusia dapat memenuhi keinginananya dan bisa bersaing mengalahkan orang lain
yang dinamakan dengan politik.
Dengan politik manusia
bisa merencanakan dan menyusun strategi dalam bertindak. Karena manusia tidak
lepas dari yang namanya politik, maka dari itu manusia dinamakan sebagai mahluk
politik.
Ciri manusia sebagai
mahluk politik dapat kita lihat bahwa dalam kehidupan manusia selalu ditandai
dengan adanya penentuan atas pilihan-pilihan dalam menjalani hidupnya. Dalam
kehidupannya tak jarang, manusia memilki sesuatu keinginan (cita-cita) yang
sama. Untuk mewujudkan keinginan tersebut maka manusia memainkan peranannya
sebagai mahluk yang memilih (mahluk politik) untuk menentukan bagaimana cara
untuk merealisasikan keinginan tersebut.
F.
Manusia
sebagai mahluk budaya
Manusia sebagai makhluk
yang budaya tidak lain adalah makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal
budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena yang membahagiakan hidup manusia
itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil, maka hanya manusia yang
selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan sebagian makhluk
berbudaya, karena manusia menciptakan
kebudayaannya.
Aspek yang terkait dengan hakikat
manusia sebagai makhluk budaya antara lain adalah unik dan universal. Secara
umum, siapapun dan dimanapun manusia berada, ia adalah makhluk budaya yang
mempunyai akal pikiran, sehingga dalam ruang lingkup yang lebih luas sebagai
bagian dari kumpulan/kelompok manusia atau masyarakat akan mempunyai kebudayaan
yang beragam karena mereka berpikir atau mengalami proses belajar dalam
berinteraksi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kebutuhannya
masing-masing.
Sedangkan dalam konteks individual,
manusia adalah makhluk budaya yang unik. Unik karena antara makhluk hidup yang
satu dan yang lainnya berbeda, dalam berperilaku, menciptakan dan
mengekspresikan simbol-simbol. Oleh karena itu, manusia juga dikatakan sebagai
animal simbolikum yang mempunyai dorongan untuk menciptakan simbol-simbol
tersebut.
Secara universal, perilaku manusia
sebagai makhluk budaya merupakan gabungan dari adanya unsur fisik/raga dan
mental/kepribadiannya. Sehingga yang berkermbang dalam diri manusia adalah
tidak hanya raganya namun ia juga berkembang secara emosional dan intelektual.
G.
Manusia
sebagai mahluk psikologi
Mengenai sifat makhluk yang bernama
manusia itu sendiri yakni bahwa makhluk itu memiliki potensi lupa atau memiliki
kemampuan bergerak yang melahirkan dinamisme, atau makhluk yang selalu atau
sewajarnya melahirkan rasa senang, humanisme dan kebahagiaan pada pihak-pihak
lain. Dan juga manusia itu pada hakikatnya merupakan makhluk yang berfikir,
berbicara, berjalan, menangis, merasa, bersikap dan bertindak serta bergerak.
Psikologi itu merupakan ilmu
mengenai jiwa. Menurut Plato, manusia adalah jiwanya dan tubuhnya hanya sekadar
alat saja. Sedangkan Aristoteles mengatakan bahwa jiwa adalah fungsi dari badan
sebagaimana penglihatan adalah fungsi dari mata. Walaupun jiwa itu tidak
nampak, tetapi dapat dilihat keadaan-keadaan yang dapat dipandang sebagai
gejala-gejala kehidupan kejiwaan, misalnya orang yang sedang menggerutu, suatu
pertanda bahwa orang ini sedang tidak senang dalam hatinya.
Dalam literatur psikologi pada
umumnya para ahli ilmu ini berpendapat bahwa penentu perilaku utama manusia dan
corak kepribadian adalah keadaan jasmani, kualitas kejiwaan, dan situasi
lingkungan. Selain itu psikologi apapun alirannya menempatkan manusia sebagai pusat segala pengalaman
dan relasi-relasinya serta penentu utama segala peristiwa yang menyangkut
masalah manusia.
makasih teteh atas ilmunya, baru kali ini baca blog orang yang sekampus :)
BalasHapus