Rabu, 04 Maret 2015

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU, SOSIAL, EKONOMI, HUKUM, POLITIK, BUDAYA, DAN PSIKOLOGI

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU, SOSIAL, EKONOMI, HUKUM, POLITIK, BUDAYA, DAN PSIKOLOGI

A.           Manusia sebagai mahluk individu
Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individium yang berarti yang tak terbagi, merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan tak terbatas. Manusia lahir sebagai mahluk individu yang bermakna tidak terbagi atau tidak terpisahkan antara jiwa dan raga.
Dalam perkembangannya manusia sebagai mahluk individu tidak hanya bermakna kesatuan jiwa dan raga, tetapi akan menjadi pribadi yang khas dengan corak kepribadiannya termasuk kemampuan kecakapannya. Setiap manusia memiliki perbedaan. Hal itu dikarenakan manusia memiliki karakteristik sendiri. Ia memiliki sifat, watak, keinginan dan cita-cita yang berbeda satu sama lainnya.
Unsur – unsur yang membedakan individu yang satu dengan yang lainnya:
• Pengetahuan
Segala sesuatu yang kita ketahui sebagai hasil penggunaan panca indera.
• Persepsi
Yakni seluruh proses akal manusia yang sadar.
• Apresiasi
Yakni penggambaran oleh manusia yang terfokus pada bagian-bagian khusus (mata, telinga) diolah oleh akal fikir, digabung dengan penggambaran lama lalu diproyeksikan sebagai penggambaran baru dengan pengertian baru.
• Pengamatan
Yakni suatu persepsi saat diproyeksikan berfokus pada hal yang menarik (lebih terpusat/lebih intensif) pada bagian bagian khusus tadi (pemusatan akal yang lebih intensif).
• Konsep
Yakni penggambaran abstrak.
• Fantasi
Dalam pengamatan ada yang ditambah-tambahkan , dibesarkan, dikurangi, dikecilkan pada bagian bagian tertentu, adapula digabungkan dengan penggambaran lain menjadi penggambaran lain yang dalam kenyataannya tidak ada penggambaran yang realistis.
• Perasaan
Yakni suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengaruh pengetahuannya dinilainya sebagai keadan positif dan negatif.
• Drive (dorongan)
Dorongan untuk mempertahankan hidup.

B.            Manusia sebagai makhluk sosial
Manusia sebagai individu ternyata tidak mampu hidup sendiri, dalam kehidupannya akan senantiasa bersama dan bergantung pada manusia lainnya. Manusia saling membutuhkan dan harus bersosialisasi dengan mahluk lainnya. Menurut kodratnya manusia adalah mahluk sosial atau mahluk bermasyarakat.
Manusia dikatakan mahluk sosial karena beberapa alasan yaitu:
-       Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
-       Perilaku manusia yang mengharapkan suatu penilaian dari orang lain
-       Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
-       Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup ditengah- tengah manusia.

C.           Manusia sebagai mahluk ekonomi
Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran dan konsumsi barang dan jasa.
Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia melakukan berbagai kegiatan. Kegiatan manusia dalam memenuhi atau memuaskan kebutuhannya harus sesuai dengan kemampuannya. Kegiatan inilah yang menunjukan kedudukan manusia sebagai mahluk ekonomi (Homo Economicus).
Sebagai mahluk sosial dan mahluk ekonomi pada dasarnya selalu menghadapi masalah ekonomi. Inti dari masalah ekonomi yang dihadapi manusia adalah kenyataan bahwa kebutuhan manusia jumlahnya tidak terbatas sedangkan alat pemuas kebutuhan manusia jumlahnya terbatas.
Sebagai mahluk ekonomi yang bermoral, manusia berusaha memilih dan menggunakan sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhannya dengan memperhatikan nilai-nilai agama dan norma-norma sosial, tidak merugikan orang lain, menggunakan sumber daya alam secara efektif serta memperhatikan kelestarian lingkungan.

D.           Manusia sebagai mahluk hukum
Manusia dan hukum adalah dua hal yang tidak bisa di pisahkan, karena manusia hidup bermasyarakat dan dalam setiap pembentukan masyarakat, akan selalu di butuhkan hukum sebagai segmen perekat atas berbagai komponen pembentuk dari masyarakat.
Hukum berfungsi untuk menciptakan keteraturan dengan mencegah atau mengatasi kekacauan. Hukum menciptakan norma equality yaitu mengatasi kepentingan-kepentingan yang saling berhadapan agar dapat bertemu secara seimbang dan agar proses tawar-menawar di antara kepentingan-kepentingan yang saling berhadapan tersebut berjalan seimbang.
Penyeimbanggan kedudukan kepentingan tersebut antara lain:
1. Bagi mereka yang di pihak lemah secara sumber daya kekuatan sosial-ekonomisnya mendapat perlindungan atas hak-hak mereka.
2. Bagi mereka yang di pihak kuat dayanya di batasi kekuasaannya dengan cara penciptaan norma-norma interatif yang bersifat implisit seperti pembebanan kewajiban-kewajiban tertentu.
3. Diciptakan norma penyeimbang hak dan kewajiban di dalam masing-masing kepentingan di namakan istilah keadilan.

E.            Manusia sebagai mahluk politik
Sebagai mahluk politik manusia selalu membutuhkan orang lain dan memiliki strategi dalam mempertahankan kehidupannya, sehingga kehidupannya dengan masyarakat dan organisasi sosial merupakan keharusan. Manusia diberikan kemampuan berpikir. Dengan akalnya manusia bisa mempertahankan hidupnya . Maka dari itu, timbullah suatu cara agar manusia dapat memenuhi keinginananya dan bisa bersaing mengalahkan orang lain yang dinamakan dengan politik.
Dengan politik manusia bisa merencanakan dan menyusun strategi dalam bertindak. Karena manusia tidak lepas dari yang namanya politik, maka dari itu manusia dinamakan sebagai mahluk politik.
Ciri manusia sebagai mahluk politik dapat kita lihat bahwa dalam kehidupan manusia selalu ditandai dengan adanya penentuan atas pilihan-pilihan dalam menjalani hidupnya. Dalam kehidupannya tak jarang, manusia memilki sesuatu keinginan (cita-cita) yang sama. Untuk mewujudkan keinginan tersebut maka manusia memainkan peranannya sebagai mahluk yang memilih (mahluk politik) untuk menentukan bagaimana cara untuk merealisasikan keinginan tersebut.

F.            Manusia sebagai mahluk budaya
Manusia sebagai makhluk yang budaya tidak lain adalah makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena yang membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil, maka hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan sebagian makhluk berbudaya,  karena manusia menciptakan kebudayaannya.
Aspek yang terkait dengan hakikat manusia sebagai makhluk budaya antara lain adalah unik dan universal. Secara umum, siapapun dan dimanapun manusia berada, ia adalah makhluk budaya yang mempunyai akal pikiran, sehingga dalam ruang lingkup yang lebih luas sebagai bagian dari kumpulan/kelompok manusia atau masyarakat akan mempunyai kebudayaan yang beragam karena mereka berpikir atau mengalami proses belajar dalam berinteraksi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kebutuhannya masing-masing.
Sedangkan dalam konteks individual, manusia adalah makhluk budaya yang unik. Unik karena antara makhluk hidup yang satu dan yang lainnya berbeda, dalam berperilaku, menciptakan dan mengekspresikan simbol-simbol. Oleh karena itu, manusia juga dikatakan sebagai animal simbolikum yang mempunyai dorongan untuk menciptakan simbol-simbol tersebut.
Secara universal, perilaku manusia sebagai makhluk budaya merupakan gabungan dari adanya unsur fisik/raga dan mental/kepribadiannya. Sehingga yang berkermbang dalam diri manusia adalah tidak hanya raganya namun ia juga berkembang secara emosional dan intelektual.

G.           Manusia sebagai mahluk psikologi
Mengenai sifat makhluk yang bernama manusia itu sendiri yakni bahwa makhluk itu memiliki potensi lupa atau memiliki kemampuan bergerak yang melahirkan dinamisme, atau makhluk yang selalu atau sewajarnya melahirkan rasa senang, humanisme dan kebahagiaan pada pihak-pihak lain. Dan juga manusia itu pada hakikatnya merupakan makhluk yang berfikir, berbicara, berjalan, menangis, merasa, bersikap dan bertindak serta bergerak.
Psikologi itu merupakan ilmu mengenai jiwa. Menurut Plato, manusia adalah jiwanya dan tubuhnya hanya sekadar alat saja. Sedangkan Aristoteles mengatakan bahwa jiwa adalah fungsi dari badan sebagaimana penglihatan adalah fungsi dari mata. Walaupun jiwa itu tidak nampak, tetapi dapat dilihat keadaan-keadaan yang dapat dipandang sebagai gejala-gejala kehidupan kejiwaan, misalnya orang yang sedang menggerutu, suatu pertanda bahwa orang ini sedang tidak senang dalam hatinya.
Dalam literatur psikologi pada umumnya para ahli ilmu ini berpendapat bahwa penentu perilaku utama manusia dan corak kepribadian adalah keadaan jasmani, kualitas kejiwaan, dan situasi lingkungan. Selain itu psikologi apapun alirannya  menempatkan manusia sebagai pusat segala pengalaman dan relasi-relasinya serta penentu utama segala peristiwa yang menyangkut masalah manusia.

1 komentar:

  1. makasih teteh atas ilmunya, baru kali ini baca blog orang yang sekampus :)

    BalasHapus